1. Karya
Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang
diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
Memberi penjelasan
Memberi komentar atau penilaian
Memberi saran
Menyampaikan sanggahan
Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu
pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat
dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes
(1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang
disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif
dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut
prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya
ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang
subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara
ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.
2. a. Bentuk Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah,
report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam
publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar
bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah
adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang
Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan
hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di
perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan
untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk
jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak
dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial
di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan
umum yang lain.
b. Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri
dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian
penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari
beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok
pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya,
namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar
pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya
abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang
disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau
kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku
yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif
dengan struktur yang baku.
c. Macam-Macam Karya Ilmiah
1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk
melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan
pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta
empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan /
penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut
kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa
penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi
sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan
pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi.
Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas
dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga
bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang
memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang
mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan
bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
3. Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil
penelitian (factual objektif). Artinya sesuai dengan objek yang diteliti.
Bersifat metodis dan sistematis
Menggunakan ragam bahasa ilmiahyang baku dan formal,
bahasanya bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsitan dan makna ganda.
4. Ciri-Ciri Karangan Non Ilmiah
Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang
terkadang melampui kebenaran,
Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data
dan fakta, dan over claiming.
5. Ciri-Ciri Karangan Ilmiah Populer
Emotif, kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak
sistematis, lebih mencari keuntungan dan
sedikit informasi.
Persuasif, penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk
meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup
informative.
Deskriptif, pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan
subjektif.
Kritik tanpa dukungan bukti.
Ditulis berdasarkan fakta pribadi
Fakta yang disimpulkan subyektif
Gaya bahasa formal dan popular
Mementingkan diri penulis
2. Metode
Ilmiah
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan
pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen.
2. Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa poindari tujuan dan mafaat seseorang atau peneliti
mempelajari metode ilmiah, yaitu:
1. Mengetahui
tata cara penulisan ilmiah.
2. Dapat menyusun
fakta yang nyata dan data tersusun scara sistematis.
3. Menambah wawasan
dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan dalam menyusun
sebuah laporan ilmiah.
4. Mengetahui
bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.
3. Sikap ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang
merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding
kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan
sebagainya.
3) Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa
adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap Ingin
Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan
konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya.
5) Sikap Menghargai
Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada
kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat
yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan
kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya
ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada
akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut
tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
Tahap-Tahap Membuat Artikel Ilmiah :
1. KOMPONEN-KOMPONEN ARTIKEL ILMIAH
1.1 Judul Artikel Ilmiah
Judul dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Judul artikel yang baik bersifat ringkas, informatif dan deskriptif, terdiri
dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat menggambarkan isi tulisan yang
mengandung konsep atau hubungan antar konsep; tepat dalam memilih dan
menentukan urutan kata. Judul disusun tidak terlalu spesifik. Penggunaan
singkatan atau formula kimia sebaiknya dihindari. Judul ditulis dengan huruf
besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic).
1.2 Nama dan Alamat Penulis
Nama diri penulis ditulis tanpa mencantumkan gelar dan
penulisan nama dari satu artikel ke artikel lainnya harus tetap/konsisten, hal
ini penting untuk pengindeksan nama pengarang. Keterangan tentang program yang
ditempuh, alamat penulis dan/atau e-mail yang dicantumkan harus jelas, dan
diletakkan pada catatan kaki (foot note) di halaman judul dengan ukuran huruf
(font) yang lebih kecil dari ukuran huruf pada isi teks.
Contoh:
DUNIA SIMBOLIK PENGEMIS KOTA BANDUNG
THE SYMBOLIC WORLD OF BEGGARS IN BANDUNG
Engkus Kuswamo
Universitas Padjadjaran
Program Doktor Ilmu Komunikasi
e-mail: koeskw@unpad.ac.id
1.3 Abstrak dan Kata Kunci (Abstract and Keywords)
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Abstrak merupakan sari tulisan yang meliputi latar belakang penelitian secara
ringkas, tujuan, teori, bahan dan metode yang digunakan, hasil temuan serta
simpulan. Rincian perlakuan tidak perlu dicantumkan, kecuali jika memang
merupakan tujuan utama penelitian.
Abstrak bersifat konsisten dengan isi artikel dan self
explanatory, artinya mengandung alasan mengapa penelitian dilakukan
(rasionalisasi & justifikasi), dan tidak merujuk kepada grafik, tabel atau
acuan pustaka. Abstrak ditulis dalamjarak 1 spasi dengan jumlah kata tidak
lebih dari 150 kata yang dilengkapi dengan 3 – 5 kata kunci, yaitu istilah-istilah
yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang dibahas dalam artikel.
1.4 Pendahuluan (Introduction)
Dalam pendahuluan dikemukakan suatu
permasalahan/konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan ringkas
sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah.
Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan
permasalahan untuk men”justifikasi” dilakukannya penelitian, atau untuk
mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian
dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian
tersebut.
1.5 Metode (Methods)
Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan
jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable
and reproduceable). Spesifikasi bahan-bahan harus rinci agar orang lain
mendapat informasi tentang cara memperoleh bahan tersebut. Jika metode yang
digunakan telah diketahui sebelumnya, maka acuan pustakanya harus dicantumkan.
Jika penelitian terdiri dari beberapa eksperimen, maka metode untuk
masing-masing eksperimen harus dijelaskan.
1.6 Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion)
Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang
disajikan untuk menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah
dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar.
Tabel dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil
yang dikemukakan hanyalah temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan
penelitian.
Temuan di luar dugaan yang tidak sesuai dengan tujuan
penelitian harus mendapat tempat untuk dibahas. Jika artikel melaporkan lebih
dari satu eksperimen, maka tujuan setiap penelitian harus dinyatakan secara
tegas dalam teks, dan hasilnya harus dikaitkan satu sama lain. .
Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil
penelitian dengan teori, perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian
lain yang sudah dipublikasikan. Pemnbahasan menjelaskan pula implikasi temuan
yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.
Sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
2.
http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com/2012/09/panduan-cara-menulis-artikel-ilmiah.html
3.
http://nabella2326.blogspot.com/2012/06/metode-ilmiah.html
4. http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/11/21/sikap-ilmiah/
3.
Penalaran dan Penyusunan dalam Sintesis Karangan Ilmiah
Menulis merupakan
proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berpikir,
menghubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
1.1 Berpikir dan
Bernalar
Berpikir
merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul
serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini
mungkin tidak terkendali, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita
melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun
dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu
kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan
bernalar.
Berdasarkan
uraian di atas, bahwa proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir
yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan
penalaran bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu
dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah
mencakup kedua proses penalaran itu.
1.2 Penalaran
Induktif
Yaitu proses
penalaran untuk menarik kesimpulan atau sikap yang berlaku umum berdasarkan
atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Penalaran induktif
merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi
adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di
dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik berdasarkan
pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab
akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola
sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
1.3 Penalaran
Deduktif
Deduksi dimulai
dengan premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya
merupakan implikasi pernyataan dasar itu, artinya apa yang dikemukakan di dalam
kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan itu.
Jadi proses
deduksi tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan
kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya.
Dalam praktek,
proses penulisan tidak dapat dipisahkan dari proses pemi-kiran/penalaran.
Tulisan adalah perwujudan hasil pemikiran/penalaran. Latihan ke-terampilan
menulis pada hakikatnya adalah pembiasaan berpikir/bernalar secara tertib
dalarn bahasa yang tertib pula.
2. Penalaran
dalam Karangan
Dari
uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa suatu tulisan sebagai hasil proses
bernalar merupakan hasil proses deduksi, induksi, atau gabungan keduanya.
Dengan demikian suatu paparan dapat bersifat deduktif, induktif, atau gabungan
antara kedua sifat tersebut. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan
suatu pernyataan/umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum
lainnya. Suatu tulisan yang bersifat induktif dimulai dengan rincian-rincian
dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi.
Dalam praktek
proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam satuan-satuan tulisan yang
merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan umum membentuk kalimat
utama yang mengandung gagasan utama yang dikernbangkan dalarn paragraf itu.
Dengan demikian ada paragraf deduktif dengan kalimat utama pada awal paragraf,
paragraf induktif dengan kalimat utama pada akhir paragraf.
Proses
deduktif dan induktif juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan.
Paragraf-paragrat deduktif dan induktif dipergunakan secara bergantian,
bergantung kepada gaya yang dipilih penulis sesuai dengan efek dan tekanan yang
ingin diberikannya. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses deduktif dan
induktif. Pada bagian berikut akan dibahas wujud penalaran dihubungkan dengan
urutan pengembangan dan isi karangan.
2.1 Urutan Logis
Suatu karangan
harus merupakan suatu kesatuan. Ini berarti bahwa ka-rangan itu harus
dikembangkan dalam urutan yang sistematik, jelas, dan tegas. Dalam hal ini,
urutan itu dapat disusun berdasarkan waktu, ruang, alur nalar, kepentingan, dan
sebagainya.
1) Urutan Waktu
(kronologis)
Perhatikan paragraf berikut.
Dahulu
sebelum cara imunisasi ditemukan selarna puluhan abad, puluhan ribu penduduk
dunia mati akibat berbagai penyakit. Di Inggris saja sebelum ditemukan vaksin
cacar, kurang lebih delapan puluh ribu orang mati karena penyakit itu. Penemuan
vaksin sejak abad ke-18 sangat memperkecil
angka kematian tersebut. Pada tahun 1796 Jenner dari Inggris
menemukan vaksin cacar. Lalu, menyusullah penemuan vaksin rabies yang
dikembangkan
oleh Pasteur pada tahun 1885. 1iemodian menyusul pula
pengembangan vaksin tit us pada tahun 1941. Selanjutnya, pada tahun 1950
ditemukanlah vaksin-vaksin untuk mencegah k,urang lebih tiga puluh macam
penyakit yang menyerang binatang piaraan. Pada tahun 1955 di hadapan khalayak
ramai yang berkumpul di Universitas Michigan diumumkanlah hasil pengem-bangan
dan percobaan vaksin polio. Meskipun demikian, tak ada vaksin yang benar-benar
telah sempurna, sehingga para ilmuwan masih ditantang terus, baik untuk
menyempurnakan vaksin-vaksin itu maupun untuk mengembangkan cara-cara
imunisasi.
Tulisan di atas dikembangkan secara kronologis, artinya
berdasarkan urutan waktu. Perhatikan kata-kata yang digaris bawahi yang
menunjukkan hubungan kronologis tersebut. Urutan kronologis di dalam tulisan
secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti:
dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya, dalam
pada itu, mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, dan sebagainya.
Pengembangan tulisan dengan urutan kronologis biasanya
dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan riwayat hidup
2) Urutan Ruang
(Spasial)
Urutan ini dipergunakan untuk menyatakan tempat atau
hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering juga digabungkan
dengan urutan waktu.
Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat
menggunakan ungkapan-ungkapan:
- di sana, di sini,
di situ, di .... pada,
- di bawah, di atas,
di tengah,
- di utara, di
selatan,
- di depan, di
belakang,
- di kiri, di kanan,
- berhadapan,
bertolak belakang, berseberangan, dan seterusnya.
3) Urutan Alur
Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat
dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah
dibicarakan pada bagian terdahulu. Urutan ini menghasilkan paragraf-deduktif
dan induktif.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah.
Tulisan yang paragrat-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara
menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan mcmbaca kalimat-kalimat pertama
pada paragraf-paragraf itu, pembaca dapat mcngetahui garis besar isi scluruh
karangan.
4) Urutan
Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan
ke-pentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah
dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau
sebaliknya.
Perhatikan paragraf berikut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
hipotesis. Yang paling penting ialah penyusunan kerangka pikir berdasarkan atas
suatu teori yang dipergunakan sebagai landasan deduksi. Kerangka pikir inilah
yang akan menentukan apa hipotesis yang diajukan mengenai hubungan variabel
yang dimasalahkan. Hal berikutnya yang tidak boleb diremebkan ialah aspek
bahasanya: suatu hipotesis harus dinyatakan dalarn kalimat pernyataan yang
merupakan proposisi. Tak kurang pentingnya ialah persyaratan bahwa hipotesis harus
dinyatakan sejelas-mungkin dan didukung oleh kalimat yang sesederhana mungkin.
3. Isi Karangan
Karangan
mungkin menyajikan fakta (berupa benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri
sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, dan
sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta mcskipun untuk pembahasan itu
diperlukan teori atau pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi,
perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, analogi. Sebagai contoh
yang akan dibahas adalah generalisasi dan spesifikasi.
1) Generalisasi
dan Spesifikasi
Generalisasi
adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang
diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang
menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu
ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik,
dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus scbagai penjelasan
lebih lanjut.
Contoh:
Gempa di aceh 26
desember 2004 yang berkekuatan 9 pada skala rigter itu menimbulkan korban jiwa
yang terus berjatuhan hingga 31 desember 2004 di srilanka 28.508 orang, india
10.736 orang, thailand 4.500 orang dan di aceh 79.940 dan cenderung bertambah.
Selain itu, hingga 2 januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, korban
menderita sakit berat dan cacat tubuh yang diakibatkan oleh gempa dan gelombang
tsunami yang sangat dahsyat itu di aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban
harta benda, termasuk rumah tinggal yang luluh lantah rata dengan tanah dan
sebagian terbawa gelombang air laut
tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di
aceh ini merupakan yang terbesar di dunia.
Pernyataan yang
merupakan generalisasi biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan: biasanya, pada
umumnva, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, selalu, secara
kescluruhan,dan sebagainya.
Selanjutnya
dalam kalimat yang merupakan penunjang generalisasi biasa-nya digunakan
ungkapan-ungkapan: misalnya, sebagai contoh, sebagai ilustrasi, untuk
menjelaskan hal itu, perlu dijelaskan, sebagai bukti, buktinva, menurut data
statistik, dan sebagainya.
Perlu diingat
selalu bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan dcngan
generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf yang mencantumkan penunjang yang
tidak relevan dipandang tidak logis.
Selanjutnya,
generalisasi dapat mengenai berbagai pokok pembicaraan, seperti sejarah,
biografi, profesi, sastra/seni, teknologi, bangsa, negara, dan sebagainya.
Dalam paragraf generalisasi itu dapat dilctakkan pada bagian awal atau akhir.
4. Fakta Sebagai
Unsur Dasar Penalaran Ilmiah
Sesuai dengan penjelasan di atas
penalaran memerlukan fakta sebagai, unsur dasarnya. Karena itu, agar dapat
menalar dengan tepat, perlu kita miliki pengetahuan tentang fakta yang
berhubungan.
Jumlah
fakta tak terbatas; sifatnya pun beraneka ragam. Banyak di antara fakta-fakta
itu yang saling berkaitan, baik secara fungsional maupun dalam hubungan sebab
akibat. Hubungan itu kadang-kadang sangat erat atau dalam suatu rangkaian yang
rumit sehingga sulit mengenalinya.
Untuk memahami
hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, terlebih dahulu kita perlu
mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus
mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan mengenali ciri-ciri sejumlah fakta
kita dapat melihat perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan yang terdapat
di antara fakta-fakta itu. Dengan demikian, mungkin juga dapat dikenali
hubungan yang terdapat di antaranya. Pengenalan hubungan itu kerap kali sangat
sulit, sehingga kadang-kadang harus dilakukan melalui penelitian.
Sumber:
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Gunadarma
1. Karangan ilmiah dan non ilmiah.
2. Menentukan metode ilmiah yang tepat dari karangan ilmiah tersebut.
3. Menganalisis karangan ilmiah tersebut dan menjelaskan aspek penalarannya, kemudian menentukan sintesis sebuah tulisan ilmiah.
bisa dilihat disini
http://kevienptonda.blogspot.com/2014/10/wacana-membedakan-pemanfaatan-bahasa_26.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar