Minggu, 29 Maret 2015

Tugas 2 Softskill

1. Karya Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
Memberi penjelasan
Memberi komentar atau penilaian
Memberi saran
Menyampaikan sanggahan
Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.

2. a. Bentuk Karya Ilmiah

Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.

2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.

3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.

b. Ciri-Ciri Karya Ilmiah

1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

c. Macam-Macam Karya Ilmiah

1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.

3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

3. Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Artinya sesuai dengan objek yang diteliti.
Bersifat metodis dan sistematis
Menggunakan ragam bahasa ilmiahyang baku dan formal, bahasanya bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsitan dan makna ganda.
4. Ciri-Ciri Karangan Non Ilmiah
Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampui kebenaran,
Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca,
Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta, dan over claiming.
5. Ciri-Ciri Karangan Ilmiah Populer

Emotif, kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari  keuntungan dan sedikit informasi.
Persuasif, penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
Deskriptif, pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
Kritik tanpa dukungan bukti.
Ditulis berdasarkan fakta pribadi
Fakta yang disimpulkan subyektif
Gaya bahasa formal dan popular
Mementingkan diri penulis



2. Metode Ilmiah

Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
2. Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa poindari tujuan dan mafaat seseorang atau peneliti mempelajari metode ilmiah, yaitu:
1.      Mengetahui tata cara penulisan ilmiah.
2.      Dapat menyusun fakta yang nyata dan data tersusun scara sistematis.
3.      Menambah wawasan dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan dalam menyusun sebuah laporan ilmiah.
4.      Mengetahui bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.
3. Sikap ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1)    Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2)    Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3)    Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4)    Sikap Ingin Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5)    Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6)    Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7)    Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Tahap-Tahap Membuat Artikel Ilmiah :

1. KOMPONEN-KOMPONEN ARTIKEL ILMIAH

1.1 Judul Artikel Ilmiah

Judul dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Judul artikel yang baik bersifat ringkas, informatif dan deskriptif, terdiri dari sejumlah kata yang seminimal mungkin, tepat menggambarkan isi tulisan yang mengandung konsep atau hubungan antar konsep; tepat dalam memilih dan menentukan urutan kata. Judul disusun tidak terlalu spesifik. Penggunaan singkatan atau formula kimia sebaiknya dihindari. Judul ditulis dengan huruf besar (kapital), istilah bahasa asing ditulis dengan huruf miring (italic).

1.2 Nama dan Alamat Penulis

Nama diri penulis ditulis tanpa mencantumkan gelar dan penulisan nama dari satu artikel ke artikel lainnya harus tetap/konsisten, hal ini penting untuk pengindeksan nama pengarang. Keterangan tentang program yang ditempuh, alamat penulis dan/atau e-mail yang dicantumkan harus jelas, dan diletakkan pada catatan kaki (foot note) di halaman judul dengan ukuran huruf (font) yang lebih kecil dari ukuran huruf pada isi teks.

Contoh:
DUNIA SIMBOLIK PENGEMIS KOTA BANDUNG
THE SYMBOLIC WORLD OF BEGGARS IN BANDUNG
Engkus Kuswamo
Universitas Padjadjaran

Program Doktor Ilmu Komunikasi
e-mail: koeskw@unpad.ac.id

1.3 Abstrak dan Kata Kunci (Abstract and Keywords)

Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak merupakan sari tulisan yang meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan, teori, bahan dan metode yang digunakan, hasil temuan serta simpulan. Rincian perlakuan tidak perlu dicantumkan, kecuali jika memang merupakan tujuan utama penelitian.

Abstrak bersifat konsisten dengan isi artikel dan self explanatory, artinya mengandung alasan mengapa penelitian dilakukan (rasionalisasi & justifikasi), dan tidak merujuk kepada grafik, tabel atau acuan pustaka. Abstrak ditulis dalamjarak 1 spasi dengan jumlah kata tidak lebih dari 150 kata yang dilengkapi dengan 3 – 5 kata kunci, yaitu istilah-istilah yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang dibahas dalam artikel.

1.4 Pendahuluan (Introduction)

Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan untuk men”justifikasi” dilakukannya penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian tersebut.

1.5 Metode (Methods)

Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproduceable). Spesifikasi bahan-bahan harus rinci agar orang lain mendapat informasi tentang cara memperoleh bahan tersebut. Jika metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya, maka acuan pustakanya harus dicantumkan. Jika penelitian terdiri dari beberapa eksperimen, maka metode untuk masing-masing eksperimen harus dijelaskan.

1.6 Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion)

Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian.

Temuan di luar dugaan yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian harus mendapat tempat untuk dibahas. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap penelitian harus dinyatakan secara tegas dalam teks, dan hasilnya harus dikaitkan satu sama lain.    .

Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori, perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah dipublikasikan. Pemnbahasan menjelaskan pula implikasi temuan yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.


Sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
2. http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com/2012/09/panduan-cara-menulis-artikel-ilmiah.html
3. http://nabella2326.blogspot.com/2012/06/metode-ilmiah.html
4. http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/11/21/sikap-ilmiah/



3. Penalaran dan Penyusunan dalam Sintesis Karangan Ilmiah          
  Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
1.1    Berpikir dan Bernalar
      Berpikir merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
      Berdasarkan uraian di atas, bahwa proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.

1.2    Penalaran Induktif
      Yaitu proses penalaran untuk menarik kesimpulan atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
      Penalaran induktif merupakan generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.

1.3    Penalaran Deduktif
      Deduksi dimulai dengan premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu, artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan itu.
      Jadi proses deduksi tidak menghasilkan suatu pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan kesimpulan yang konsisten dengan pernyataan dasarnya.
      Dalam praktek, proses penulisan tidak dapat dipisahkan dari proses pemi-kiran/penalaran. Tulisan adalah perwujudan hasil pemikiran/penalaran. Latihan ke-terampilan menulis pada hakikatnya adalah pembiasaan berpikir/bernalar secara tertib dalarn bahasa yang tertib pula.

2.      Penalaran dalam Karangan
             Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa suatu tulisan sebagai hasil proses bernalar merupakan hasil proses deduksi, induksi, atau gabungan keduanya. Dengan demikian suatu paparan dapat bersifat deduktif, induktif, atau gabungan antara kedua sifat tersebut. Suatu tulisan yang bersifat deduktif dibuka dengan suatu pernyataan/umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau pernyataan umum lainnya. Suatu tulisan yang bersifat induktif dimulai dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan suatu kesimpulan umum atau generalisasi.
             Dalam praktek proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam satuan-satuan tulisan yang merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu pernyataan umum membentuk kalimat utama yang mengandung gagasan utama yang dikernbangkan dalarn paragraf itu. Dengan demikian ada paragraf deduktif dengan kalimat utama pada awal paragraf, paragraf induktif dengan kalimat utama pada akhir paragraf.
             Proses deduktif dan induktif juga diterapkan dalam mengembangkan seluruh karangan. Paragraf-paragrat deduktif dan induktif dipergunakan secara bergantian, bergantung kepada gaya yang dipilih penulis sesuai dengan efek dan tekanan yang ingin diberikannya. Karya ilmiah merupakan sintesis antara proses deduktif dan induktif. Pada bagian berikut akan dibahas wujud penalaran dihubungkan dengan urutan pengembangan dan isi karangan.

2.1    Urutan Logis
      Suatu karangan harus merupakan suatu kesatuan. Ini berarti bahwa ka-rangan itu harus dikembangkan dalam urutan yang sistematik, jelas, dan tegas. Dalam hal ini, urutan itu dapat disusun berdasarkan waktu, ruang, alur nalar, kepentingan, dan sebagainya.
1)      Urutan Waktu (kronologis)
Perhatikan paragraf berikut.

            Dahulu sebelum cara imunisasi ditemukan selarna puluhan abad, puluhan ribu penduduk dunia mati akibat berbagai penyakit. Di Inggris saja sebelum ditemukan vaksin cacar, kurang lebih delapan puluh ribu orang mati karena penyakit itu. Penemuan vaksin sejak abad ke-18 sangat memperkecil
angka kematian tersebut. Pada tahun 1796 Jenner dari Inggris menemukan vaksin cacar. Lalu, menyusullah penemuan vaksin rabies yang dikembangkan
oleh Pasteur pada tahun 1885. 1iemodian menyusul pula pengembangan vaksin tit us pada tahun 1941. Selanjutnya, pada tahun 1950 ditemukanlah vaksin-vaksin untuk mencegah k,urang lebih tiga puluh macam penyakit yang menyerang binatang piaraan. Pada tahun 1955 di hadapan khalayak ramai yang berkumpul di Universitas Michigan diumumkanlah hasil pengem-bangan dan percobaan vaksin polio. Meskipun demikian, tak ada vaksin yang benar-benar telah sempurna, sehingga para ilmuwan masih ditantang terus, baik untuk menyempurnakan vaksin-vaksin itu maupun untuk mengembangkan cara-cara imunisasi.

Tulisan di atas dikembangkan secara kronologis, artinya berdasarkan urutan waktu. Perhatikan kata-kata yang digaris bawahi yang menunjukkan hubungan kronologis tersebut. Urutan kronologis di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti: dewasa ini, sekarang, bila, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya, dalam pada itu, mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, dan sebagainya.
Pengembangan tulisan dengan urutan kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan riwayat hidup

2)      Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ini dipergunakan untuk menyatakan tempat atau hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering juga digabungkan dengan urutan waktu.
Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan:
-  di sana, di sini, di situ, di .... pada,
-  di bawah, di atas, di tengah,
-  di utara, di selatan,
-  di depan, di belakang,
-  di kiri, di kanan,
-  berhadapan, bertolak belakang, berseberangan, dan seterusnya.

3)      Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Urutan ini menghasilkan paragraf-deduktif dan induktif.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragrat-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya. Dengan mcmbaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu, pembaca dapat mcngetahui garis besar isi scluruh karangan.

4)      Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan ke-pentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.
Perhatikan paragraf berikut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun hipotesis. Yang paling penting ialah penyusunan kerangka pikir berdasarkan atas suatu teori yang dipergunakan sebagai landasan deduksi. Kerangka pikir inilah yang akan menentukan apa hipotesis yang diajukan mengenai hubungan variabel yang dimasalahkan. Hal berikutnya yang tidak boleb diremebkan ialah aspek bahasanya: suatu hipotesis harus dinyatakan dalarn kalimat pernyataan yang merupakan proposisi. Tak kurang pentingnya ialah persyaratan bahwa hipotesis harus dinyatakan sejelas-mungkin dan didukung oleh kalimat yang sesederhana mungkin.

3.      Isi Karangan
            Karangan mungkin menyajikan fakta (berupa benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, dan sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta mcskipun untuk pembahasan itu diperlukan teori atau pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, analogi. Sebagai contoh yang akan dibahas adalah generalisasi dan spesifikasi.

1)      Generalisasi dan Spesifikasi
      Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus scbagai penjelasan lebih lanjut.

Contoh:
      Gempa di aceh 26 desember 2004 yang berkekuatan 9 pada skala rigter itu menimbulkan korban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 desember 2004 di srilanka 28.508 orang, india 10.736 orang, thailand 4.500 orang dan di aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain itu, hingga 2 januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, korban menderita sakit berat dan cacat tubuh yang diakibatkan oleh gempa dan gelombang tsunami yang sangat dahsyat itu di aceh dapat diperkirakan cukup besar. Korban harta benda, termasuk rumah tinggal yang luluh lantah rata dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut  tersebut diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Korban gempa di aceh ini merupakan yang terbesar di dunia.

      Pernyataan yang merupakan generalisasi biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan: biasanya, pada umumnva, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, selalu, secara kescluruhan,dan sebagainya.
      Selanjutnya dalam kalimat yang merupakan penunjang generalisasi biasa-nya digunakan ungkapan-ungkapan: misalnya, sebagai contoh, sebagai ilustrasi, untuk menjelaskan hal itu, perlu dijelaskan, sebagai bukti, buktinva, menurut data statistik, dan sebagainya.
      Perlu diingat selalu bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan dcngan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf yang mencantumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis.
      Selanjutnya, generalisasi dapat mengenai berbagai pokok pembicaraan, seperti sejarah, biografi, profesi, sastra/seni, teknologi, bangsa, negara, dan sebagainya. Dalam paragraf generalisasi itu dapat dilctakkan pada bagian awal atau akhir.

4.      Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran Ilmiah
            Sesuai dengan penjelasan di atas penalaran memerlukan fakta sebagai, unsur dasarnya. Karena itu, agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita miliki pengetahuan tentang fakta yang berhubungan.
            Jumlah fakta tak terbatas; sifatnya pun beraneka ragam. Banyak di antara fakta-fakta itu yang saling berkaitan, baik secara fungsional maupun dalam hubungan sebab akibat. Hubungan itu kadang-kadang sangat erat atau dalam suatu rangkaian yang rumit sehingga sulit mengenalinya.
            Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, terlebih dahulu kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan mengenali ciri-ciri sejumlah fakta kita dapat melihat perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan yang terdapat di antara fakta-fakta itu. Dengan demikian, mungkin juga dapat dikenali hubungan yang terdapat di antaranya. Pengenalan hubungan itu kerap kali sangat sulit, sehingga kadang-kadang harus dilakukan melalui penelitian.

Sumber:
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta:

            Universitas Gunadarma

KEMUDIAN BUATLAH:
1. Karangan ilmiah dan non ilmiah.
2. Menentukan metode ilmiah yang tepat dari karangan ilmiah tersebut.
3. Menganalisis karangan ilmiah tersebut dan menjelaskan aspek penalarannya, kemudian menentukan sintesis sebuah tulisan ilmiah.


 bisa dilihat disini
http://kevienptonda.blogspot.com/2014/10/wacana-membedakan-pemanfaatan-bahasa_26.html

Selasa, 24 Maret 2015

Tugas Puisi

Rindu Yang Terbawa Waktu
Dari manakah rindu ini terbawa, Padahal heningnya biasa saja, Hanya tak sadarkah aku, Wangimu yang masih disudut kalbu.
240 purnama kukira telan kenangan, Rentang yang cukup bagi sang bulan, Namun justeru habis oleh batara kala, Yang lapar kalap oleh derita.



WAKTU YANG KAN MENJAWAB
Oleh Alyan Altra

Masih ingatkah saat kita bersama dahulu
Mengikat tali persahabatan dengan begitu erat..
Yang mungkin tak seorangpun bisa melepasnya.
Untuk memisahkan kita semua.

Namun detik demi detik kian berlalu.
Semua telah hilang di telan zaman.
Bagaikan dedaunan yang terurai tanah.
Yang tak bisa kembali seperti semula.

Saat hati ini teringat pada kalian
Saat itu pula air mata ini keluar menetes
Saat mata ini melihat semua kenangan
Saat itu pula ku ingin bersama kalian

Apakah kita masih mampu bersama..?
Bercanda dan tertawa seperti dahulu lagi.
Namun, apakah itu hanya sebatas angin yang kian berlalu ?
Cuma waktu yang bisa menjawab itu semua.



BINTANG UNTUK SAHABAT
Oleh Siti Halimah

Malam nan suci dan sepi,
menarikku untuk keluar dari rumah.
Kupandangi Langit malam...
Ternyata bertaburkan Bintang yang tak terhitung jumlahnya.

Andaikan ku seorang Bidadari,
Kan kubawa diriku dan sahabatku untuk menari diatas sana.

Kuraih sebuah Bintang terindah,
dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku.

Manusia dan Kebudayaan

1. UNSUR-UNSUR PEMBANGUN MANUSIA

Terdapat 2 unsur dari pembangun manusia yang dapat dijadikan acuan, jika dilihat dari sudut pandangnya unsur-unsur pembangun manusia yaitu :

A.  Jasad: yaitu bentuk kasar dari manusia yang dapat dilihat dan menempati suatu ruang dan waktu

B.  Hayat: Mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak

C. Roh: yaitu bimbingan dan pimpinan tuhan yang bekerja secara spiritual sesuai dengan keyakinannya masing-masing

D. Nafas: sesuatu hal yang selalu akan dilakukan manusia secra tanpa disadari

Dari keempat unsur tersebut terdapat 3 macam atau 3 unsur yang ada di dalam diri manusia yaitu :

A. ID: Merupakan struktur dari data diri manusia menyangkut gender,data keluarga dan lain-lain

B. Ego: merupakan bagian atau struktur bagian dari ID berperan menghubungkan energi yang diberikan oleh iD biasanya berkembang di umur 1 atau 2 tahun.

C. Superego: pembentuk kepribadian di posisi paling akhir, biasanya muncur di antara usia 5 tahun, superego terbentuk karena lingkungan eksternal.

 2. HAKEKAT MANUSIA

A. Makhluk hidup yang memiliki tenaga digunakan untuk menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual maupun sosial
C. Makhluk tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang dapat mengandung niat baik atau jahat
D. Sebagai makhluk hidup yang diciptakan paling sempurna dari makhluk lainnya

Manusia adalah makhluk hidup paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya, berikut yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya yaitu:

A. Memiliki akal pikiran
B. Memiliki keinginan dan tekad
C. Memiliki perasaan
D. Memiliki kehendak

 3. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR

Kepribadian Bangsa Timur adalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut benar – benar dianut oleh masyarakat pada bangsa timur terutama Indonesia. Rasa kebersamaan yang kuat bisa dibilang sebagai kepribadian bangsa. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadian yang ada, karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.

 4. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

 5. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Unsur-unsur yang ada di dalam kebudayan adalah
A. Unsur kesenian
B. Unsur ilmu
C. Unsur agama dan kepercayaan
D. Unsur bahasa
E.  Unsur sistem kemasyarakatan
F.  Unsur peralatan dan perlengkapan hidup
G. Unsur sistem kemasyarakatan

 6. WUJUD KEBUDAYAAN

Wujud kebudayaan menurut dimensi adalah, menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi 3 yaitu gagasan,aktifitas dan artefak.

A.Gagasan ( Wujud ideal )
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide serta gagasan dan sebagaimana yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau pemikiran warga masyarakat.

B.Aktifitas ( Tindakan )
Aktifitas adalah wujud dari kebudayaan dari suatu tindakan berpola dalam masyarakat. Wujud ini disebut sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,serta bergaul dengan manusia lainnya yang berdasarkan adat tata dan kelakuan. Sifatnya konkret,terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

C.Artefak ( karya )
Artefak adalah wujud dari kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas,perbuatan,dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat dirasakan,dilihat dan dapat didokumentasikan dan bersifat paling kongkret.

Selain dari diatas ada 3 point dari wujud kebudayaan yaitu:

-Kompleks gagasan
-Kompleks aktifitas
-Wujud sebagai benda

 7. ORIENTASI NILAI KEBUDAYAAN

Ada lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia ( kerangka kluckhohn )

A. Hakekat hidup
- Hidup itu buruk
- Hidup itu baik
- Hidup bisa buruk dan baik tapi manusia harus berusaha dan berikhtiar agar hidup bisa menjadi baik
- Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan

B. Hakekat karya
- Karya itu untuk menafkahi hidup
- Karya itu untuk kehormatan

C. Persepsi manusia tentang waktu
- Berorientasi hanya kepada masa kini
- Orientasi masa lalu
- Orientasi masa depan

D. Pandangan terhadap alam
- Manusia tunduk kepada alam yang dashyat
- Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
- Manusia berusaha menguasai alam

E. Hubungan manusia dengan manusia
- Orientasi kolateral ( horizontal )
- Orientasi vertikal
- Individualisme

 8. PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.

9. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Kaitan manusia dan kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Menurut sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep terdapat tiga proses akan dialektika Hegel yaitu.

Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :

1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia

2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.

3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Sumber :

http://techflavour.wordpress.com/2013/03/24/unsur-unsur-pembangun-manusia/

http://stephen-stephenlucky.blogspot.com/2012/11/wujud-kebudayaan.html

Minggu, 08 Maret 2015

PENALARAN, PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF

Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghung-hubungkan data atau pakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan


a. PROPOSISI
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan menggunakan suatu kalimat. Proposisi dibagi menjadi 4, yaitu bentuk, sifat, kualitas, dan kuantitas.
1 . Bentuk: Tunggal dan jamak.
2 . Sifat: kategorial dan kondisional.
3 . Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
4 . Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.


b.INFERENSI DAN IMPLIKASI
Inferensi merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi  dari  fakta  yang  diketahui.  Inferensi  adalah  konklusi  logis  atau  implikasi berdasarkan informasi yang tersedia
implikasi itu artinya akibat, seandainya dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya implikasi hukumnya, berarti akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu peristiwa hukum yang terjadi.


c. WUJUD EVIDENSI
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena


d. CARA MENGUJI DATA
Cara menguji data adalah dengan menggunakan fakta- fakta yang ada, yang telah tersebar luas. Bisa dengan cara observasi.


e. CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta


f. CARA MENGUJI AUTORITAS
pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.



2. paragraf induktif
Adalah proses penalaran yang bertolak dari pristiwa-peristiwa yang sifatnya khusus menuju pernyataan atau simpulan umum .

A.Generalisasi
Proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati lalu ditarik simpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu.


B.Analogi
Proses penalaran yang berdasarkan pada pembagian dan terhadap sejumlah gejala khusus yang dimiliki kesaaan,kemudian ditarik kesimpulan .

C.Sebab-Akibat
Proses penalaran yang dimulai dengan menggunakan fakta yang berupa sebab dan sampai pada simpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya.

D.Induksi Dalam Metode Proposisi
adalah jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau mengusulkansesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat.



3. Paragraf deduktif
Adalah Penalaran yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menuju pada pernyataan atau simpulan khusus.

1.Menarik kesimpulan berdasarkan satu premis
Contoh :
Premis : bujur sangkar adalah asegi empat samasisi
Simpulan : a. Bujur sangkar pasti segi empat,tetapi segi empat belum tentu bujur sangkar
                 b. segi empat yang sisi-sisinya horisontalnya tidak sama panjang dengan sisi tegak lurus bukan bujur sangkar .
(premis adalah pernyataan yang mendasari penalaran untuk menarik simpulan)

2.  Menarik simpulan berdasarkan dua premis atau lebih , dalam hal ini digunakan penalaran silogisme.

A.Silogisme kategorial
Premis umum/ Premis Khusus/ Simpulan

PU : A=B
PK: C=A
S:C=B

KETERANGAN:
A= Semua anggota golongan tertentu
B=Sifat atau kegiatan A
S=Seseorang atau sesuatu bagian dari A

Contoh:
PU:Semua profesor pandai
PK:Prof Dr.B.J Habibie seorang profesor
S: Prof Dr.B.J Habibie pandai.

Silogisme yang diperpendek disebut entinem
Contoh: C=B Karena C=A
Prof Dr.B.J Habibie pandai karena beliau seorang profesor.

B. Silogisme Alternatif
PU:Kegagalan panen daerah itu selalu disebabkan oleh banjir atau serangan hama.
PK:Tahun ini kegagalan panen daerah itu tidak disebabkan oleh banjir.
S:Kegagalan panen daerah itu disebabkan oleh serangan hama.

C. Silogisme Hipotesis
PU:Jika hari ini tidak hujan, saya datang ke rumahmu.
PK:Hari ini hujan
S: Saya Tidak datang ke rumahmu.



Sumber:

Drs. Sahri Romadi  Dan Drs. H. Rustamaji, M.Pd. ( Panduan Belajar Bahasa indonesia , Halaman29-31)
Edit by : Nokky Panji W, S.S "Kompeten Berbahasa Indonesia III", SMA/MA Bab 7 Halaman 128-134 .
Seni Handayani , Tetty Nurhayati , Budhi Pratyati , Wildan "Bahasa Indonesia 3" SMA IPA/IPS" , BAB 8 Halaman 202-205